OBAT
·
Obat Ã
zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam, yang dalam dosis tertentu
bermanfaat untuk tindakan preventif/profilaksis, rehabilitasi, terapeutik,
diagnosa terhadap suatu keadaan (penyakit).
·
Istilah-Istilah Khasiat Obat
Sebagai pengguna obat ada baiknya kita mengetahui
istilah-istilah yang umum dipakai berkaitan dengan khasiat obat. Beberapa
istilah tersebut adalah sebagai berikut:
-
Antipiretik: Obat-obat yang khasiatnya
adalah sebagai penurun panas tubuh ketika mengalami demam. Contoh obat yang
paling populer sebagai antipiretik adalah parasetamol/ acetaminophen.
-
Analgesic: Obat-obat yang
kerjanya adalah menghilangkan rasa sakit/ nyeri yang bisa disebabkan oleh
berbagai penyebab seperti rasa nyeri pada sakit gigi, rematik, luka dan sebagainya.
Sifat dari obat jenis ini hanyalah menghilangkan keluhan sakit/ nyeri
tetapi tidak menyembuhkan/ menghilangkan penyebab sakit/ nyerinya. Contoh
obatnya adalah aspirin, tramadol dan lain-lain. Parasetamol selain berkhasiat
sebagai antiperetik, juga bisa digunakan sebagai analgesic.
-
Antitusif: Obat-obat yang khasiatnya adalah
sebagai penekan pusat batuk. Tepat digunakan pada batuk yang tidak produktif
atau batuk kering. Tidak tepat digunakan pada batuk berdahak kerena tidak akan
bisa mengeluarkan dahar dari saluran pernafasan.
-
Ekspektoran: Obat-obat yang
berkhasiat sebagai pengencer dan mengeluarkan dahak dari saluran pernafasan
ketika batuk. Sehingga obat jenis ini merupakan pilihat tepat pada batuk yang
produktif atau batuk berdahak.
-
Decongestan: Obat-obat
yang bekerja sebagai pereda hidung yang tersumbat seperti pada keadaan pilek.
-
Antihistamin: Obat-obat
yang bekerja dalam mengatasi keadaan alergi dengan melakukan pengikatan atau
penetralan terhadap histamin sebagai penyebab alergi
-
Diuretic: Obat-obat
yang kerjanya adalah meningkatkan produksi urin/ kencing guna mengurangi
cairan yang berlebih di dalam tubuh seperti pada keadaan udem/ bengkak akibat
penyakit hati atau pada penanganan hipertensi.
-
Antihemoroid: Obat-obat yang berguna untuk
mengatasi wasir/ embeyen.
-
Vasodilator: Obat-obat yang kerjanya adalah
memperlebar pembuluh darah agar tekanan darah menjadi turun.
-
Antiplatelet: Obat-obat yang berkhasiat sebagai
pencegah terjadinya penggumpalan darah atau yang biasa kita kenal dengan
pengencer darah, contohnya adalah warfarin, aspirin dosis rendah, dan
lain-lain.
-
Antidepresan: Obat-obat yang berkhasiat dalam
mengatasi keadaan depresi atau gangguan mental.
·
Kerja obat:
perubahan kondisi yang mengakibatkan timbulnya efek (respon).
efek obat: perubahan fungsi, srtuktur atau proses sebagai akibat kerja obat (ada efek utama, ada efek samping).
efek obat: perubahan fungsi, srtuktur atau proses sebagai akibat kerja obat (ada efek utama, ada efek samping).
·
Cara paling umum obat bekerja di target dengan
cara membentuk ikatan dengan reseptor sel. Interaksi antara obat dengan
reseptor pada sel tubuh dapat mengubah kecepatan kegiatan fisiologis, namun
tidak dapat menimbulkan fungsi fisiologis baru. Obat dirancang untuk terikat
dengan reseptor pada sel yang menjadi target-nya. Karena sifat yang unik dari
setiap reseptor di sel-sel tubuh, maka kemungkinan ikatan antara senyawa obat
dengan sel tubuh yang bukan menjadi target-nya relatif kecil. Setiap senyawa
memiliki reseptor yang spesifik, dan bisa dianalogikan dengan hubungan antara
kunci dan anak kunci (lock and key). Setelah obat berikatan dengan
reseptor-nya, ada dua kemungkinan efek yang ditimbulkan, efek agonis
dan efek antagonis. Efek agonis terjadi apabila senyawa obat
mengakibatkan efek regulasi di sel tempatnya berikatan. Obat agonis
mengaktifkan reseptor untuk menghasilkan respon yang diharapkan. Efek antagonis
terjadi apabila senyawa obat menghalangi terjadinya ikatan antara reseptor sel
dengan senyawa regulator-nya dan senyawa tersebut sendiri tidak
menghasilkan efek regulasi. Obat antagonis pada dasarnya menghalangi terjadinya
aktivasi pada reseptor.
·
Contoh mekanisme kerja beberapa obat
-
Parasetamol dan asamefenamat
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik
/ analgesik. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh
gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik
Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Parecetamol
bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu enzim cyclooxigenase
pada sistem saraf pusat. Kemampuan menghambat kerja enzin cyclooxigenase yang
dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit
kepala dan menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping. Parasetamol
diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
-
Aluminium hidroksida &Mg Hidroksida
Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida merupakan antasida yang bekerja menetralkan asam lambung dan menonaktifkan
pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin
berkurang. Disamping itu, efek laksatif dari magnesium Hidroksida akan
mengurangi efek konstipasi dari aluminium hidroksida.
-
Dexsamethazon
Dexsametason merupakan
glukokortikoid sintetik dengan efek antiinflamasi dan anti alergi. Dexametason
mencegah atau menekan timbulnya tanda – tanda peradangan yang disebabkan oleh
mikroorganisme, zat kimia atau atau iritasi termik,trauma atau alergan. Pada
inflamasi permeabilitas kapiler bertambah, menyebabkan cairan edema dan protein
ke daerah inflamasi. Dexsametason dapat mencegah gangguan permeabilitas
tersebut sehingga pembengkakan dapat ditiadakan atau dapat berkurang dan juga
dapat terjadi penghambatan eksudasi sel leukosit dan sel mast. Dexsametason
dapat mempertahankan keutuhan membran sel dan membran plasma sehingga kerusakan
sel oleh toksin,enzim protolitik atau sebab mekanik dapat diatasi. Dexsametason
dapat menstabilkan membran lisosom sehingga menghambat pengeluaran enzim
hidrolase yang dapat menghancurkan isi sel dan menyebabkan perluasan reaksi
inflamasi. Sebagai anti alergi Dexsametason menyebabkan sel limfosit yamg
berperan pada reaksi sensitisasi dan imunologik yaitu limposit B yang
menghasilkan anti bodi dan limposit T yang desensitisasi ternyata resisten
terhadap efek dekstruktif. Efek Dexsametason terhadap sel limposit ini bersifat
sekunder terhadap penghambatan sintesis protein dan metabolisme sel.
Dexsametason bekerja dengan mempengaruhi sintesa protein pada proses
transkripsi RNA.
·
Suatu obat yang diminum
per oral akan melalui tiga fase:
1. fase
farmasetik, obat berubah menjadi larutan sehingga dapat menembus membrane
biologis. Jika obat diberikan melalui rute subkutan, intramuscular, atau
intravena, maka tidak terjadi fase farmaseutik.
2. farmakokinetik,Ã
istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat, kecepatan obat itu
diserap (absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh (bioavailability), jumlah
obat yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan
akhirnya dibuang dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat,
lama kerja dan intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada
usia, seks, genetik, dan kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan
maksudnya adalah, apakah seseorang itu sedang menderita sakit ginjal, sakit
hati (beneran, bukan sakit hati karna cinta), kegemukan, kondisi dehidrasi,
dll.
3. farmakodinamik,Ã
menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh, melibatkan
reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakodinamik dipengaruhi oleh
perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan, penyakit atau adanya obat
lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik contohnya adalah
mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi) dll.
·
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi
obat antara lain:
-
Rute
pemberian obat à Setiap
rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat,
bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat
ditembus zat kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat. Membran mukosa dan
saluran nafas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa
dan permukaan
kapiler-alveolar. Karena obat yang diberikan per oral harus melewati sistem
pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi secara keseluruhan melambat.
Injeksi intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena dengan rute
ini obat dengan cepat masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
-
Daya larut
obatà Daya
larut obat diberikan per oral setelah diingesti sangat bergantung pada bentuk atau preparat obat
tersebut. Larutan atau suspensi, yang tersedia dalam bentuk cair, lebih mudah
diabsorpsi daripada bentuk tablet atau kapsul. Bentuk dosis padat harus dipecah
terlebih dahulu untuk memajankan zat kimia pada sekresi lambung dan usus halus.
Obat yang asam melewati mukosa lambung dengan cepat. Obat yang bersifat basa
tidak terabsorpsi sebelum mencapai usus halus.
-
Kondisi di tempat absorpsià mempengaruhi kemudahan obat
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Apabila kulit tergoles, obat topikal lebih
mudah diabsorpsi. Obat topikal yang biasanya diprogamkan untuk memperoleh efek
lokal dapat menimbulkan reaksi yang serius ketika diabsorpsi melalui lapisan
kulit. Adanya edema pada membran mukosa memperlambat absorpsi obat karena obat
membutuhkan waktu yang lama untuk berdifusi ke dalam pembuluh darah.
Absorpsi
obat parenteral yang diberikan bergantung pada suplai darah dalam jaringan. Sebelum memberikan sebuah obat melalui
injeksi, perawat harus mengkaji adanya faktor lokal, misalnya; edema, memar,
atau jaringan perut bekas luka, yang dapat menurunkan absorpsi obat. Karena
otot memiliki suplai darah yang lebih banyak daripada jaringan subkutan (SC),
obat yang diberikan per intramuskular (melalui otot) diabsorpsi lebih cepat
daripada obat yang disuntikan per subkutan. Pada beberapa kasus, absorpsi subkutan
yang lambat lebih dipilih karena menghasilkan efek yang dapat bertahan lama.
Apabila perfusi jaringan klien buruk, misalnya pada kasus syok sirkulasi, rute
pemberian obat yang terbaik ialah melalui intravena.
Pemberian obat intravena
menghasilkan absorpsi yang paling cepat dan dapat diandalkan. Obat oral lebih mudah diabsorpsi, jika
diberikan diantara waktu makan. Saat lambung terisi makanan, isi lambung secara
perlahan diangkut ke duodenum, sehingga absorpsi melambat. Beberapa makanan dan
antasida membuat obat berikatan membentuk kompleks yang tidak dapat melewati
lapisan saluran cerna. Contoh, susu menghambat absorpsi zat besi dan tetrasiklin.
Beberapa obat hancur akibat peningkatan keasaman isi lambung dan pencernaan
protein selama makan. Selubung enterik pada tablet tertentu tidak larut dalam
getah lambung, sehingga obat tidak dapat dicerna di dalam saluran cerna bagian
atas. Selubung juga melindungi lapisan lambung dari iritasi obat.
0 Komentar